Menyambut Teknologi Li-Fi, 100 Kali Lebih Cepat dari Wi-Fi
Daftar Isi
Dunia akhirnya memiliki alternatif untuk menggeser ketergantungan pada Wi-Fi ke Li-Fi, sebuah teknologi alternatif yang menurut ilmuwan dapat mencapai kecepatan 1 Gbps dalam penggunaan di dunia nyata. Kemampuan itu 100 kali lebih cepat dari rata-rata kecepatan Wi-Fi.
Untuk pertama kalinya, teknologi ini diuji di luar laboratorium dan selama ini menunjukkan hasil yang memuaskan.
Mungkin saat Thomas Edison menemukan bola lampu listrik, ia tidak menyadari bahwa kelak di masa depan temuannya itu tidak hanya dapat menerangi ruangan saja, namun juga dapat mengirimkan data dan memungkinkan orang untuk men-download konten dari gadget miliknya.
Velmenni adalah salah satu startup yang telah mencoba menerapkan teknologi ini, yaitu finalis dalam kompetisi startup Slush 100 di Helsink. Mereka menguji teknologi nirkabel Li-Fi pada kantor mereka yang terletak di Tallinn, ibukota Estonia.
Teknologi Li-Fi yang digunakan oleh Velmenni dapat mengirimkan data dengan kecepatan yang sangat tinggi, yakni mencapai 100GBps atau 100 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan teknologi nirkabel Wi-Fi yang memiliki kecepatan maksimum 600 megabit per detik. Dengan kecepatan tinggi itulah, Penggunanya dapat mendownload film beresolusi tinggi hanya butuh waktu hitungan detik saja.
“Saat ini kami melakukan beberapa proyek percobaan dalam lingkup yang berbeda yang memungkinkan kami untuk menerapkan teknologi VLC (Visible Light Communication),” kata Deepak Solanki, CEO dari Velmenni yang dikutip dari IBTimes UK.
Selain Velmenni, beberapa perusahaan telah bermunculan untuk membawa Li-Fi ke pelanggan, seperti Oledcomm dan pureLiFi. PureLifi didirikan oleh penemu Li-Fi ini sendiri, Harald Haas.
Kedua perusahaan menawarkan kit bagi pengadopsi awal untuk menginstal jaringan Li-Fi di kantor dan rumah, dan pureLiFi mengklaim kecepatan 10 Mbps untuk paket yang ada saat ini.
Teknologi nirkabel Li-Fi mungkin tidak bisa menggantikan sepenuhnya jaringan Wi-Fi yang ada saat ini, teknologi ini dapat digunakan bersamaan dengan Wi-Fi agar mendapatkan jaringan yang lebih efisien. Solanki juga menjelaskan bahwa jika pengujian teknologi Li-Fi ini sukses, maka teknologi ini akan dikomersilkan pada beberapa tahun mendatang, kemungkinan 3-4 tahun. Pengguna Li-Fi juga dapat menggunakan lampu LED sebagai pemancar koneksi internet.
Sebelum teknologi ini diperkenalkan ke masyarakat luas, sebelumnya perangkat-perangkat saat ini harus dibekali dengan teknologi yang dapat menerima data dari cahaya Li-Fi. Mereka juga mengatakan, untuk membuat sebuah sistem jaringan baru tidaklah mudah, maka dari itu mereka harus menemukan cara untuk mengintegrasikan sistem yang baru ditemukan dengan sistem yang telah ada saat ini.
Teknologi Li-Fi sendiri sebelumnya ditemukan oleh Profesor Harald Haas dari University of Ediburgh, ia memulai penelitian teknologi ini dari tahun 2011 lalu. Ia menjelaskan bahwa teknologi Li-Fi dapat diterapkan dalam lampu LED dan dapat menggantikan teknologi Wi-Fi yang ada saat ini. Ia juga menambahkan bahwa infrastruktur yang ada saat ini sudah bisa diintegrasikan dengan teknologi Li-Fi.
Jika teknologi ini benar-benar telah diterapkan, maka untuk mendapatkan akses internet tak terkendala lagi masalah dari faktor cuaca buruk. Terlebih setiap rumah atau gedung memiliki lampu sebagai sumber pencahayaan, dengan demikian setiap rumah atau gedung dapat memiliki akses internet masing-masing dengan kecepatan akses yang sangat tinggi.
Posting Komentar